Minggu, 21 Maret 2010

Pemanfaatan Barang Bekas Menjadi Alat Media Pembelajaran Matematika


Coba berikan kardus susu, kaleng roti, potongan kayu limbah usaha meubel atau cetakan nasi tumpeng pada pa,ong belajar Kejar Paket A Melati di Sampit. barang-barang itu akan disulap menajdi alat peraga yang unik, menarik, meriah, dan tentu saja, murah.

Barang-barang bekas yang sering kita temui ini, di sekitar kita ternyata bisa mendatangkan inspirasi bagi tutor sebagai alat bantu mengajar matematika khususnya bangun ruang. Data yang diperoleh tim model BPKB Kalteng di 6 SKB di Kalteng awal tahun 2006, alat peraga tiga dimensi untuk pelajaran matematika di paket A belum pernah digunakan oleh tutor. Padahal alat tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan sisi, titik sudut dan rusuk suatu bangun ruang.

Barang bekas di sekitar kita ternyata bisa mendatangkan inspirasi bagi tutor sebagai alat bantu mengajar matematika khususnya bangun ruang. Data yang diperoleh tim model BPKB Kalteng di 6 SKB di Kalteng awal tahun 2006, alat peraga tiga dimensi untuk pelajaran matematika di paket A belum pernah digunakan oleh tutor. Padahal alat tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan sisi, titik sudut dan rusuk suatu bangun ruang.

Ide awal alat peraga ini adalah memanfaatkan barang-barang bekas yang mudah didapat di sekitar rumah kita. Misalnya kardus susu, kaleng roti, potongan kayu limbah usaha meubel, cetakan nasi tumpeng dan lain sebagainya. Bahan-bahan tersebut dapat digunakan tutor sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Pada awal pelajaran, tutor merangsang warga belajar untuk menyebutkan macam-macam bangun ruang yang diketahuinya. Kemudian tutor mengarahkan ke contoh-contoh bangun ruang yang ada di ruangan itu. Akhirnya tutor menjelaskan sisi, titik sudut, rusuk suatu bangun ruang dengan alat peraga yang telah disiapkannya.

Ketika alat peraga berada di meja warga belajar, maka dia akan mengamati, memegang dan merabanya. Kegiatan itu terdorong oleh keingintahuannya tentang apa itu sisi, titik sudut dan rusuk benda di hadapannya. Tutor cukup memandu dengan bertanya bagian-bagian benda yang sedang diamatinya. Dan tutor harus cukup kreatif mencari bahan benda dengan berbagai macam bentuk. Sehingga bentuk kubus, prisma, kerucut, limas dan balok dapat dijelaskan dengan alat peraga tersebut.

Alat peraga tersebut hasil ide salah seorang pamong belajar BPKB. Bersama tim kerjanya dia mencoba mengujicoba idenya ke kelompok belajar Paket A “Melati”di Batuah Sampit. Mereka berperahu menyusuri sungai di siang yang panas, menuju ke sana pada bulan September 2006. Perjalanan selama satu jam tak terasa. Sepanjang sungai, mata mereka dimanjakan dengan pemandangan perahu berjajar di pinggir sungai, pohon-pohon dan rumah-rumah di pinggir sungai serta senyum dan lambaian tangan anak-anak yang bermain di pinggir sungai.Sampai di desa Batuah, Pak Diar, kepala desa sekaligus tutor menyambut dengan ramah. Setelah beristirahat sejenak, tim uji coba menjelaskan cara uji coba. Ketika tiba saat uji coba, wajah anak-anak tampak begitu semangat dan antusias. Di luar dugaan, Pak Diar memang tutor yang luar biasa. Anak-anak sangat aktif menjawab semua umpan pertanyaannya. Setiap anak disuruhnya maju untuk mengamati, memegang dan merabanya. Keringat mulai muncul di wajah Pak Diar. Tapi melihat antusias anak didiknya mampu membuatnya tetap bersemangat. Apalagi di akhir kegiatan, hasil evaluasi / tes tertulis anak didiknya sangat memuaskan. Tak ada satu pun yang nilainya 7.


http://www.elrahma-samarinda.com/artikel-sulap-barang-bekas.html

2 komentar:

Melly Andriani mengatakan...

blogmu bagus sekali. terus menulis ya...

kamalpiu mengatakan...

makasih bu.... maaf telat balas...

Posting Komentar