Senin, 12 Juli 2010

Kurikulum Dan Pembelajaran

Check out this SlideShare Presentation:

Sabtu, 29 Mei 2010

Pemanfaatan Barang Bekas

Sebenarnya penggunaan alat peraga dalam pengajaran matematika bukan suatu hal yang baru. Ada beberapa alat peraga yang sudah digunakan oleh guru-guru di sekolah, misalnya beberapa bangun ruang, kerangka bangun ruang, papan berpetak, dan papan berpaku. Namun, yang menarik di sini adalah dia menggunakan bahan "sampah" untuk menciptakan alat-alat peraga tersebut. "Sampah" yang digunakan untuk membuat alat-alat peraga adalah kardus-kardus bekas kemasan, kawat jemuran yang sudah tidak terpakai, sedotan, magnet, dan lain-lain. Selain itu, dia menamai alat-alat peraga tersebut dengan nama yang menarik, misalnya, Balimas, Papan Romantika, Molimama, Klinometer, Tripot Kerangka Bangun Ruang, dan lain-lain.
Balimas (balok limas) merupakan balok yang bisa dibongkar menjadi tiga buah limas. Balimas ini menunjukkan bahwa volume limas sama dengan sepertiga volume balok, bentuk bangun ruang yang unik, sudut dua bidang, dan lain-lain. Balimas ini dapat dibuat hanya dengan menggunakan kardus bekas dan selotip.
Tripot Kerangka Bangun Ruang merupakan alat peraga yang terbuat dari kawat yang dibentuk menjadi sudut dengan tiga buah lengan di mana setiap lengannya dililit dengan menggunakan selotip sehingga sedotan dapat ditancapkan pada tripot kerangka bangun ruang tersebut. Tripot kerangka bangun ruang ini akan menjadi sudut dari sebuah balok, sehingga untuk membentuk sebuah kerangka balok diperlukan delapan buah tripot kerangka bangun ruang dan sedotan yang akan menghubungkan antartripot kerangka bangun ruang tersebut.
Molimama (Motor listrik matematika) merupakan motor listrik yang kumparannya berbentuk segitiga, persegi, persegi panjang, lingkaran, elips, bahkan bentuk yang tidak beraturan. Molimama akan menunjukkan berbagai bentuk benda putar dan irisan dari benda putar tersebut. Di sini akan terlihat bahwa bentuk bidang datar yang berbeda akan menghasilkan bentuk bidang putar yang berbeda juga.
Papan romatika (Papan Feromagnetik Matematika) merupakan papan yang multifungsi karena dapat difungsikan sebagai papan tulis, papan berpetak, papan berpaku, dan papan flanel. Papan romatika ini bisa digunakan di kedua sisinya, sisi satunya sebagai papan tulis sedangkan sisi lainnya sebagai papan berpetak. Hanya dengan menggunakan jarum pentul, papan berpetak tersebut bisa berubah fungsi menjadi papan berpaku. Selain itu, sesuai dengan namanya papan feromagnetik matematika, papan ini mengandung magnet sehingga bangun ruang yang dibuat dengan menggunakan tripot kerangka bangun ruang dapat ditempel di atas papan berpetak.

Pemanfaatan Kardus untuk membuat jaring-jaring Kubus dan balok
Alat dan Bahan
  • Kardus Bekas seperti :
  • kardus indomie, dan sebagainya
  • Gunting
  • Kawat pengikat

Langkah-langkah

  • Kardus dipotong sesuai dengan sisi-sisi bangun ruang yang akan dibuat jaring-jaringnya
  • Kemudian dilobangkan pinggir-pinggrir setiap potongan kardus
  • Sediakan potongan kawat-kawat pengikat yang kecil
  • Bentuk jaring-jaring bangun ruang dengan cara mengikat pinggir-pinggir sisi yang telah dilobangkan dengan menggunakan kawat pengikat

Apabila kita ingin membentuk jaring-jaring yang baru dari bangun ruang yang sama kita bisa membuka kaawat pengikat pada jaring-jaaring yang telah kita buat untuk membuat jaring-jaring baru dari bangun ruang yang sama.











Pemanfaatan lingkungan sekitar



Latar Belakang

Masih ada sebagian pendidik yang beranggapan bahwa media pembelajaran selalu berkaitan dengan peralatan elektronik atau peralatan canggih yang mahal harganya. Anggapan seperti itu merupakan pandangan yang terlalu sempit terhadap makna media pembelajaran. Sesungguhnya, media pembelajaran sangat banyak jenis dan jumlahnya. Mulai dari jenis media yang paling sederhana dan murah, hingga jenis media yang canggih dan mahal. Ada media buatan pabrik, ada pula jenis media yang dapat dibuat sendiri oleh guru. Bahkan banyak pula jenis media yang telah tersedia di lingkungan sekitar kita yang langsung dapat kita gunakan untuk keperluan pembelajaran. Oleh karena itu, seharusnya tidak ada lagi guru yang enggan menggunakan media pembelajaran karena alasan ketiadaan biaya. Mengapa? Karena begitu banyak jenis media belajar yang dapat kita peroleh secara mudah dan murah di sekitar kita. Yang diperlukan adalah kemauan , kejelian dan kreatifitas kita dalam memilih dan mendayagunakan potensi berbagai sumber dan media belajar yang ada di sekeliling kita.


PEMBAHASAN

A. Jenis-jenis Sumber Belajar yang Ada di Lingkungan

Pada bagian sebelumnya, kita telah mengenal adanya dua jenis sumber belajar, yaitu sumber belajar yang dirancang (by design resources) dan sumber belajar yang dimanfaatkan (by utility resources). Berbagai benda yang terdapat di lingkungan kita dapat kita kategorikan ke dalam jenis sumber belajar yang dimanfaatkan (by design resources) ini. Dibanding dengan dengan jenis sumber belajar yang dirancang, jenis sumber belajar yang dimanfaatkan ini jumlah dan macamnya jauh lebih banyak. Oleh karena itu, sangat dianjurkan setiap guru mampu mendayagunakan sumber belajar yang ada di lingkungan ini. Pengertian lingkungan dalam hal ini adalah segala sesuatu baik yang berupa benda hidup maupun benda mati yang terdapat di sekitar kita ( di sekitar tempat tinggal maupun sekolah). Sebagai guru, kita dapat memilih berbagai benda yang terdapat di lingkungan untuk kita jadikan media dan sumber belajar bagi siswa di sekolah. Bentuk dan jenis lingkungan ini bermacam macam, misalnya : sawah, hutan, pabrik, lahan pertanian, gunung, danau, peninggalan sejarah, musium, dan sebagainya. Media di lingkungan juga bisa berupa benda-benda sederhana yang dapat dibawa ke ruang kelas, misalnya : batuan, tumbuh-tumbuhan, binatang, peralatan rumah tangga, hasil kerajinan , dan masih banyak lagi contoh yang lain. Semua benda itu dapat kita kumpulkan dari sekitar kita dan dapat kita pergunakan sebagai media pembelajaran di kelas. Benda-benda tersebut dapat kita perloeh dengan mudah di lingkungan kita sehari-hari. Jika mungkin, guru dapat menugaskan para siswa untuk mengumpulkan benda-benda tertentu sebagai sumber belajar untuk topik tertentu. Benda-benda tersebut juga dapat kita simpan untuk dapat kita pergunakan sewaktu-waktu diperlukan.
B .Keuntungan Memanfaatkan Media Lingkungan

Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran memiliki banyak keuntungan. Beberapa beberapa keuntungan tersebut antara lain :

  1. Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan.
  2. Praktis dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus seperti listrik.
  3. Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih konkrit, tidak verbalistik.
  4. Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning).
  5. Pelajaran lebih aplikatif, maksudnya materi belajar yang diperoleh siswa melalui media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung, karena siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya sehari-hari.
  6. Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah.
  7. Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan siswa biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media yang dikemas (didesain).

Dengan memahami berbagai keuntungan tersebut, seharusnya kita dapat tergugah untuk memanfaatkan semaksimal mungkin lingkungan di sekitar kita untuk menunjang kegiatan pembelajaran kita. Lingkungan kita menyimpan berbagai jenis sumber dan media belajar yang hampir tak terbatas. Lingkungan dapat kita manfaatkan sebagai sumber belajar untuk berbagai mata pelajaran. Kita tinggal memilihnya berdasarkan prinsip-prinsip atau kriteria pemilihan media dan menyesuaikannya dengan tujuan, karakteristik siswa dan topik pelajaran yang akan kita ajarkan. Kriteria pemilihan media itu telah kita bahas pada bagian sebelumnya.
C. Prinsip-prinsip Pembuatan Media yang Memanfaatkan Lingkungan

Media-media yang terdapat di lingkungan sekitar, ada yang berupa benda-benda atau peristiwa yang langsung dapat kita pergunakan sebagai sumber belajar. Selain itu, ada pula benda-benda tertentu yang harus kita buat terlebih dulu sebelum dapat kita pergunakan dalam pembelajaran. Media yang perlu kita buat itu biasanya berupa alat peraga sederhana dengan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di lingkungan kita. Jika kita harus membuat media belajar semacam itu, maka ada beberapa prinsip pembuatan yang perlu kita perhatikan, yaitu :

  • Media yang dibuat harus sesuai dengan tujuan dan fungsi penggunaannya.
  • Dapat membantu memberikan pemahaman terhadap suatu konsep tertentu, terutama konsep yang abstrak.
  • Dapat mendorong kreatifitas siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri)
  • Media yang dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan, tidak mengandung unsur yang membahayakan siswa.
  • Dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal
  • Usahakan memenuhi unsur kebenaran substansial dan kemenarikan
  • Media belajar hendaknya mudah dipergunakan baik oleh guru maupun siswa
  • Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat hendaknya dipilih agar mudah diperoleh di lingkungan sekitar dengan biaya yang relatif murah
  • Jenis media yang dibuat harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan sasaran didik

D. Pemanfaatan lingkungan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

Sejauh ini, jika kita mendengar kat-kata praktek, kita akan lansung membayangkan laboratorium. Padahal praktek dapat kita lakukan di tempat-tempat lain. Seperti lingkungan-lingkungan di luar sekolah.Misalnya dalam pelajaran matematika, kita bisa melakukan praktek di lingkungan luar kelas atau sekolah menggunakan peralatan-peralatan yang telah tersedia di alam. Akibatnya, praktek sebagai salah satu penguatan dalam pemahaman siswa tehadap materi yang diajarkan, akan terasa lebih bermakna dan menyenangkan. Karena mereka memahami terapannya secara lansung.
Contohnya adalah ketika guru mengajarkan materi tentang peluang di kelas. Setelah siswa paham dengan materi yang diajarkan, guru dapat mengajak siswa ke luar kelas dan memperaktekkan langsung dengan benda-benda yang ada lingkungan sekitar. Seperti batu, daun dan lain sebagainnya, yang berguna sebagai alat peraga.

Sesungguhnya proses belajar selalu terjadi dalam kegiatan kejiwaan siswa sendiri atau penalaran sendiri yaitu ketika terjadi interaksi antara lingkungan diri sendiri dengan lingkungan luar. Dengan pemanfaatan lingkungan sebagai tempat praktek siswa, akan memberikan pengalaman baru kepada siswa yang bisa mereka kaitkan dengan materi pelajaran yang telah mereka pelajari. Melalui pemanfaatan lingkungan alam sebagai “laboratorium” diharapkan imajinasi siswa akan terangsang, perasaannya akan tersentuh dan terjadinya pemahaman secara mendalam dalam pikirannya, sehingga mereka mampua memahami, mengingat dan melakukan sesuatu yang diajarkan dengan baik.

Di samping itu, dengan memanfaatkan lingkungan alam sebagai tempat praktek siswa secara langsung, terciptalah optimalisasi panca indra siswa dalam belajar. Dalam proses belajar mengajar, panca indra dan seluruh kesanggupan seorang anak didik perlu dirangsang, digunakan dan dilibatkan sehingga mereka tak hanya mampu mengetahui, melainkan juga dapat memahami , mengingat, menganalisis dan melakukan kembali setiap peragaan yang dilakukan guru dengan baik, benar serta kemampuan lainnya yang bersifat kognisi, efeksi, maupun psikomotor. Pemanfaatan indra pendengaran saja dalam belajar tidak akan dapat mengoptimalkan potensi siswa. Kita perlu memanfaatkan keempat indra lainnya sebagai satu kesatuan agar anak dapata berkembang secara optimal.

Hasil penelitian membuktikan bahwa 11% pengetahuan seseorang diperoleh dari pendengaran, dan 83% dari penglihatan. Sedangkan 20% Kemampuan daya ingat diperoleh dari penggunaan pendengaran, dan 50% dari apa yang dilihat. Melalui mendengar, anak didik mengikuti peristiwa-peristiwa dan ikut merasakan yang disampaikan. Dalam hal ini, telinga seolah-olah menjadi mata. Anak didik memahami sesuatu yang dijelaskan oleh guru. Namun hanya 20% dari yang didengar dapat diingat di kemudian hari. Ingatan yang mendalam akan mampu dihasilkan jika penjelasan guru dilengkapi dengan gambar, simulasi, latihan, prktek, demonstrasi dan lainnya. Dengan demikin, melalui mendengar, melihat dan mempraktekkan akan diperoleh kesan yang jauh lebih mendalam.
E. Pemanfaatan batu sebagai media pembelajaran peluang

Dengan segala keterbatasan sarana pendidikan kita saat ini, sangatlah diperlukan kemandirian dan kekreatifan guru dalam menyampaikan pelajaran kepada peserta didiknya dengan menggunakan segala macam alat peraga yang ada dilingkugan sekitar, salah satunya yaitu batu… Berikut adalah salah saatu cara memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yakni dengan memanfaatkan batu yang ada disekitar.

Persiapan peralatan

Kumpulkan beberapa batu yang ada disekitarmu yang mempunyai ukuran yang sama. Berikan tanda dengan masing masing batu tersebut.


Contoh lainnya bisa kita ambil dari lingkungan sekitar, seperti kayu, lidi, daun dan sebagainya

Cara Kerja

Pendidik dapat memanfaatkan batu tersebut untuk memperaktikkan pembelajaran peluang kepada peserta didik..

Contoh :

Pendidik dapat menyembunyikan 2 batu yang berbeda tanda misalnya merah(M) dan biru(B) (bisa disembunyikan di dalam kotak atau tempat lainnya).. perintahkan peserta didik untuk menerka batu apa yang akan terambil pada pengambilan pertama dan kedua sebelum dia benar-benar mengambil batu yang disembunyikan oleh pendidik. Peluang batu yang akan terambil bisa MB atau BM, yang artinya merah akan terambil pada pengambilan pertama dan biru akan terambil pada pengambilan kedua atau sebaliknya. Pendidik dapat menambah jumlah batu atau bisa memvariasikan pembelajaran terkait.


KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan

Dengan memanfaatkan lingkungan alam sebagai tempat praktek siswa secara langsung, terciptalah optimalisasi panca indra siswa dalam belajar. Dalam proses belajar mengajar, panca indra dan seluruh kesanggupan seorang anak didik perlu dirangsang, digunakan dan dilibatkan sehingga mereka tak hanya mampu mengetahui, melainkan juga dapat memahami , mengingat, menganalisis dan melakukan kembali setiap peragaan yang dilakukan guru dengan baik, benar serta kemampuan lainnya yang bersifat kognisi, efeksi, maupun psikomotor. Pemanfaatan indra pendengaran saja dalam belajar tidak akan dapat mengoptimalkan potensi siswa. Kita perlu memanfaatkan keempat indra lainnya sebagai satu kesatuan agar anak dapata berkembang secara optimal.

2. Saran

Diharapkan Kepada kita semua yang akan menjadi Pendidik agar lebih kreatif dalam memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran
Penasaran dengan permainan Mathsnakes ladders ???? datang aja langsung ke LAB PMT UIN SUSKA RIAU

Beberapa Manfaat Permainan dalam Pembelajaran Matematika


Proses pembelajaran menjadi lebih menarik
Media game terdiri dari unsur visual (dapat dilihat), audio (dapat didengar) dan gerak (dapat berinteraksi). Jadi media game ini dapat membangkitkan keingintahuan siswa, merangsang reaksi mereka terhadap penjelasan guru, memungkinkan siswa menyentuh objek kajian pelajaran, membantu mereka mengkonkretkan sesuatu yang abstrak dan sebagainya.
Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan
Dengan media, proses belajar mengajar menjadi lebih menarik. Hal ini dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa terhadap ilmu pengetahuan dan proses pencarian ilmu itu sendiri.

Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
Selain lebih efisien dalam proses belajar-mengajar seperti diuraikan diatas, media game dapat membantu siswa menyerap materi pelajaran secara lebih mendalam dan utuh. Hal ini disebabkan media game lebih menarik karena ada unsur visual dan audio tetapi juga interaktif yang membuat siswa bisa ber-interaksi dengan program game tentang suatu mata pelajaran. Contohnya adalah Quiz game.

Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja

Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memungkinkan siswa saat ini dapat memiliki laptop dengan harga yang murah. Perangkat ini mempunyai kelebihan dapat dibawa kemana – mana dan dapat digunakan kapan saja. Media game biasanya berbentuk CD interaktif yang dapat dipergunakan kapan saja. Sehingga media game sebagai media pembelajaran dapat dipergunakan kapan saja dan dimana saja.
Siswa sudah mengenal konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian sejak mereka berada di sekolah dasar. Mereka belajar untuk penjumlahan dan pengurangan angka 1 hingga 100, bahkan lebih. Fakta saat ini sebagian besar siswa kurang mempunyai rasa ketertarikan atau kesukaan terhadap matematika. Hal tersebut kelak dapat memberikan pengaruh negatif terhadap tumbuh kembangnya anak. Inilah yang menjadi tantangan guru untuk mengubah system pendidikan khususnya pembelajaran matematika agar lebih menarik dan disukai siswa.



MATH SNAKESLADDERS

permainan Ular Tangga Matematika kali ini adalah metode yang mengintegrasikan permainan ular tangga dengan perhitungan matematika , sehingga pemain dapat belajar matematika sambil menikmati permainan

S e k i l a s T e n t a n g
U l a r T a n g g a (Snakes Ladders)

Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak

-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini diciptakan pada tahun 1870.

Cara bermain Math snakes ladders

Cara bermain Math snakes ladders pada umumnya sama dengan permainan lainnya, akan tetapi terdapat inovasi yang mengandung aplikasi matematika di dalamnya….

Inovasi permainan ular tangga pada Math Snakes Ladders

Apabila pion berada pada kotak yang diberi tanda pada permainan Snakes Ladder, maka pemain harus mengerjakan perintah, sesuai dengan perintah yang ada dikotak ular tangga tersebut… seperti mengerjakan soal matematika, menghafal dan sebagainnya

Minggu, 21 Maret 2010

Pemanfaatan Barang Bekas Menjadi Alat Media Pembelajaran Matematika


Coba berikan kardus susu, kaleng roti, potongan kayu limbah usaha meubel atau cetakan nasi tumpeng pada pa,ong belajar Kejar Paket A Melati di Sampit. barang-barang itu akan disulap menajdi alat peraga yang unik, menarik, meriah, dan tentu saja, murah.

Barang-barang bekas yang sering kita temui ini, di sekitar kita ternyata bisa mendatangkan inspirasi bagi tutor sebagai alat bantu mengajar matematika khususnya bangun ruang. Data yang diperoleh tim model BPKB Kalteng di 6 SKB di Kalteng awal tahun 2006, alat peraga tiga dimensi untuk pelajaran matematika di paket A belum pernah digunakan oleh tutor. Padahal alat tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan sisi, titik sudut dan rusuk suatu bangun ruang.

Barang bekas di sekitar kita ternyata bisa mendatangkan inspirasi bagi tutor sebagai alat bantu mengajar matematika khususnya bangun ruang. Data yang diperoleh tim model BPKB Kalteng di 6 SKB di Kalteng awal tahun 2006, alat peraga tiga dimensi untuk pelajaran matematika di paket A belum pernah digunakan oleh tutor. Padahal alat tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan sisi, titik sudut dan rusuk suatu bangun ruang.

Ide awal alat peraga ini adalah memanfaatkan barang-barang bekas yang mudah didapat di sekitar rumah kita. Misalnya kardus susu, kaleng roti, potongan kayu limbah usaha meubel, cetakan nasi tumpeng dan lain sebagainya. Bahan-bahan tersebut dapat digunakan tutor sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Pada awal pelajaran, tutor merangsang warga belajar untuk menyebutkan macam-macam bangun ruang yang diketahuinya. Kemudian tutor mengarahkan ke contoh-contoh bangun ruang yang ada di ruangan itu. Akhirnya tutor menjelaskan sisi, titik sudut, rusuk suatu bangun ruang dengan alat peraga yang telah disiapkannya.

Ketika alat peraga berada di meja warga belajar, maka dia akan mengamati, memegang dan merabanya. Kegiatan itu terdorong oleh keingintahuannya tentang apa itu sisi, titik sudut dan rusuk benda di hadapannya. Tutor cukup memandu dengan bertanya bagian-bagian benda yang sedang diamatinya. Dan tutor harus cukup kreatif mencari bahan benda dengan berbagai macam bentuk. Sehingga bentuk kubus, prisma, kerucut, limas dan balok dapat dijelaskan dengan alat peraga tersebut.

Alat peraga tersebut hasil ide salah seorang pamong belajar BPKB. Bersama tim kerjanya dia mencoba mengujicoba idenya ke kelompok belajar Paket A “Melati”di Batuah Sampit. Mereka berperahu menyusuri sungai di siang yang panas, menuju ke sana pada bulan September 2006. Perjalanan selama satu jam tak terasa. Sepanjang sungai, mata mereka dimanjakan dengan pemandangan perahu berjajar di pinggir sungai, pohon-pohon dan rumah-rumah di pinggir sungai serta senyum dan lambaian tangan anak-anak yang bermain di pinggir sungai.Sampai di desa Batuah, Pak Diar, kepala desa sekaligus tutor menyambut dengan ramah. Setelah beristirahat sejenak, tim uji coba menjelaskan cara uji coba. Ketika tiba saat uji coba, wajah anak-anak tampak begitu semangat dan antusias. Di luar dugaan, Pak Diar memang tutor yang luar biasa. Anak-anak sangat aktif menjawab semua umpan pertanyaannya. Setiap anak disuruhnya maju untuk mengamati, memegang dan merabanya. Keringat mulai muncul di wajah Pak Diar. Tapi melihat antusias anak didiknya mampu membuatnya tetap bersemangat. Apalagi di akhir kegiatan, hasil evaluasi / tes tertulis anak didiknya sangat memuaskan. Tak ada satu pun yang nilainya 7.


http://www.elrahma-samarinda.com/artikel-sulap-barang-bekas.html

Sabtu, 13 Maret 2010

Tugas mandiri tentang permainan MTK yang ke 2

MATEMATIKA DALAM PERMAINAN GALAH PANJANG

Permainan tradisional yang dimainkan diluar rumah. Permainan ini bukan saja dimainkan oleh anak-anak tetapi juga sebagai pertunjukan di pesta-pesta kebudayaan kadangkala dipertontonkan untuk tamu oleh orang dewasa.

Permainan ini tidak dimainkan secara individu, tetapi dengan dua grup. Terdiri dari kelompok penyerang dan kelompok bertahan. Setiap kelompok memiliki para pemain tidak kurang dari empat orang dan biasanya terdiri dari sepuluh pemain saja.

Salah seorang dari anggota grup itu akan ditunjuk sebagai ketua dan lainnya adalah sebagai anggota. Tugas ketua kelompok adalah sebagai mengawasi setiap penyerang yang masuk dan keluar dari lapangan, yaitu disepanjang garis awal, garis tengah dan garis disekeliling lapangan. Sedangkan anggota hanya menjaga garis melintang di dalam lapangan.

Sebelum permainan dimulai dinilai dilakukan undian dengan koin oleh kedua ketua tim. Siapa yang menang akan menjadi tim penyerang. Penetapan penghitungan bertukar giliran akan ditentukan terlebih dahulu, apakah hanya dengan sentuhan ke badan para pemain atau dengan menangkap para pemain.







Lapangan permainan galah panjang

Kawasan permainan yang cukup luas diperlukan, baik di atas tanah, kawasan bersimin dan di atas padang. Tidak ada ukuran khas penetapan yang harus diikuti, tetapi diperkirakan antara enam hingga delapan meter lebar dan jarak untuk setiap garis lintang lapangan antara tiga hingga empat meter. Jumlah garis lintang bagi anggota tidak terbatas atau menurut jumlah pemain bagi setiap tim.

Sebagai penanda garis, akan digunakan tepung atau tali jika dimainkan di atas padang. Cat juga dapat digunakan jika lapangan Semen. Tetapi kebanyakan anak-anak akan mebuat garis tersebut di atas tanah.

Cara Bermain

Beberapa saat sebelum permainan dimulai, ketua tim penyerang akan menepuk tangan ketua tim bertahan di kotak kepala lapangan. Ini menandakan permainan sudah dimulai dan anggota boleh menyerang, baik secara individu atau beramai-ramai.

Setiap pemain harus melewati semua garis hingga garis belakang sekali dan kembali sampai ke garis depan tanpa dapat disentuh oleh pasukan bertahan. Jika salah seorang dapat disentuh oleh pasukan bertahan maka tim itu dikira mati. Perubahan posisi akan dilakukan yaitu tim yang bertahan akan jadi pasukan penyerang dan sebaliknya.

Peraturan permainan

Semua pemain tim penyerang akan dikira mati jika salah seorang dari mereka disentuh oleh para pemain tim bertahan.

Pemain tim penyerang tidak boleh mundur kebelakang setelah melewati garis lapangan, ia dikira mati yang akan menyebabkan perubahan posisi di tim.

Pasukan penyerang dikira mati jika terdapat pemainnya keluar dari garis lapangan.

Pasukan penyerang dikira menang jika salah seorang dari pemainnya dapat melewati semua garis hingga kembali ke baris permulaan. Satu poin diberikan kepada tim ini dan Permainan akan dijalankan kembali.

Mana-mana pasukan yang dapat mengumpulkan poin tertinggi akan dihitung memenangkan Pertandingan tersebut.


KONSEP MATEMATIKA

Dari konteks permainan galah panjang ini dapat digunakan untuk mempelajari beberapa materi matematika mulai dari peluang untuk siswa kelas 3 SMP. Biasanya pengetosan dilakukan dengan menggunakan koin. Kemudian materi bangunan datar seperti persegi panjang dan persegi untuk siswa-siswa mulai dari Sekolah Dasar. Mereka bisa menghitung keliling,luas dan panjang semua tali yang dibutuhkan untuk membuat lapangan tersebut. Dari gambar siswa juga bisa mempelajari perkalian yaitu banyaknya persegi yang terbentuk dari sebuah persegi panjang. Dan banyak hal lain yang masih bisa dipelajari dari permainan tradisional galah panjang ini. Selain mempelajari matematika siswa juga akan mengenal kebudayaannya sendiri yaitu khasanah budaya melayu.

http://p4mriur.wordpress.com/2009/11/04/matematika-dalam-permainan-galah-panjang/